Alexander Litvinenko Hidayah Jelang Kematian

Sebelum ajal menjemput, ternyata mantan agen mata-mata rahasia badan intelijen Rusia, Federal Security Sevice (FSB) itu berpesan agar ia dimakamkan dengan cara Islam. Memang, saat itu hanya beberapa orang terdekat Litvinenko yang mengetahui perihal keislamannya.
Sejumlah media massa internasional memberitakan bahwa upacara pemakamannya memang dilakukan secara rahasia yang dihadiri sedikitnya 30 orang kerabat dekat Litvinenko Upacara pemakamannya sendiri dilangsungkan di kawasan utara Kota London, Inggris. Upacara terpisah untuk menghormatinya yang terakhir kali juga diselenggarakan di Masjid Regent’s Park, London.
Ini sesuai dengan keinginannya agar prosesi pemakamannya diselenggarakan sesuai dengan syariat Islam. Bahkan sang ayah, Walter Litvinenko, dilaporkan ikut menghadiri upacara di Masjid Regent’s Park bersama pentolan pejuang Chechnya, Akhmed Zakayev.
Kerabat Litvinenko mengatakan, ayah tiga anak itu sudah menjadi Muslim sebelum meninggal. Menurut Walter, anak laki-lakinya itu sudah menyatakan diri masuk Islam saat terbaring sekarat di Rumah Sakit London sampai akhirnya meninggal pada 23 November 2006. “Litvinenko masuk Islam dua hari sebelum ajal menjemput,” kata Walter kepada Radio Free Europe.
Mengritik Vladimir Putin
Semasa berkarier di FSB, ia memperoleh penghargaan gelar ‘Veteran MUR’ atas operasi-operasi yang dilakukannya dengan MUR (Departemen Investigasi Kriminal Moskwa). Litvinenko juga melakukan dinas militer aktif di banyak wilayah yang disebut titik panas dari bekas Uni Soviet dan Rusia.
Namun semasa hidupnya, Litvinenko dikenal sebagai seorang pengkritik rezim Presiden Vladimir Putin, khususnya terhadap Chechnya. Karena sikapnya ini, tak mengherankan jika namanya dimasukkan dalam daftar pencarian orang di Moskwa, sebagai salah satu pembangkang terpenting dari FSB.
Saat tinggal dan mendapat suaka politik di Inggris, Litvinenko sempat menulis sebuah buku yang isinya mengungkapkan peran FSB dalam peristiwa pengeboman di Rusia tahun 1999 yang menewaskan lebih dari 300 orang.
Buku berjudul “Blowing up Russia: Terror from Within” ini ia tulis tahun 2003. Dalam buku “Gang from Lubyanka”, Litvinenko menuduh bahwa Vladimir Putin secara pribadi terlibat dalam kejahatan terorganisasi ketika ia masih bekerja di FSB.
Akhir hidup sang telik sandi
Akhir hidup sang telik sandi
Pada 1 November 2006, ia mendadak jatuh sakit saat melakukan penyelidikan mengenai kematian wartawati Rusia, Anna Politkovskaya. “Pada 1 November 2006 aku mengadakan dua pertemuan sekaligus. Yang pertama dengan seorang Rusia dan seorang lagi Andrey Logovoy, seorang mantan rekan di FSB yang kini menjadi pengusaha.”
“Kemudian, aku makan malam dengan seorang ahli keamanan Italia, Mario Scaramella, untuk membicarakan kasus terbunuhnya Politkovskaya. Pada pertemuan pertama itulah aku mencurigai ada hubungan dengan peracunan terhadap diriku,” demikian bunyi kesaksian tertulis Litvinenko yang dibacakan temannya setelah ia wafat.
Dalam kesaksian tertulisnya, Litvinenko juga mengungkapkan bahwa setelah perjamuan makan malam itu ia sempat mengalami kehilangan kesadaran selama beberapa jam.
“Aku telah dibungkam oleh Kremlin, karena aku telah mengancam untuk mengungkap fakta-fakta yang memalukan. Beberapa hari aku dirawat dan menjalani berbagai tes medis. Rambutku rontok, tenggorokanku bengkak, sistem kekebalan dan syarafku rusak berat. Dokter mengatakan aku menderita gagal jantung,” ungkapnya.
Sejak perawatan intensif di rumah sakit London, kondisi kesehatan Litvinenko terus merosot. Tim dokter yang menanganinya menyebutkan bahwa kemungkinan Litvinenko dapat bertahan adalah 50 banding 50 dalam masa tiga hingga empat pekan setelah peracunan itu.
Prediksi para dokter itu ternyata benar, pada tanggal 23 November 2006 seluruh organ tubuh Litvinenko ternyata tidak mampu lagi bertahan dari serangan racun tersebut.
Para pakar yakin kasus pembunuhan Litvinenko ini melibatkan pengetahuan ilmiah yang lumayan tinggi. Soalnya, racun yang ditemukan dalam dosis tinggi di tubuh Litvinenko adalah bahan radioaktif polonium-210 dosis tinggi yang sukar diperoleh.
Hasil investigasi pihak Scotland Yard mengungkapkan bahwa jejak radiasi ditemukan di lima lokasi di seputar London setelah kasus itu terjadi, termasuk sebuah restoran sushi dan hotel yang dikunjungi bekas agen rahasia yang tinggal di Inggris itu. (hr/rol)
0 komentar:
Posting Komentar